Tim UG mendapatkan juara 3 untuk lomba inovasi jembatan. Inilah salah satu prestasi yang diterima oleh mahasiswa gunadarma. Dengan begitu universitas gunadarma tidak kalah dengan universitas lain dan mampu bersaing dalam segala bidang dan segala hal. Berikut adalah profil selengkapnya dari tim UG yang mendapatkan juara.
Dalam lomba desain inovasi jembatan non logam “Spectacular Bridge” yang diselenggarakan dalam rangka Civil Expo ITS Surabaya, Tim UG 2 hadir dengan desain jembatan yang terbuat dari bahan kayu meranti. “Kami pakai kayu meranti karena harganya lebih murah. Jauh lebih murah dibanding kayu balsa yang sebelumnya sempat kami coba,” ujar M. Nico saat di temui di Kampus TB. Simatupang Jakarta.Bagi Tim UG 2, masalah harga kayu menjadi pertimbangan utama. Karena itu mereka lebih memilih kayu yang harganya murah. Sempat dicoba menggunakan kayu balsa yang memiliki bobot ringan dan kuat. Namun ketika dites ternyata hasilnya tidak sesuai yang direncanakan. Mereka kemudian beralih ke kayu meranti yang harganya lebih murah dan mudah diperoleh dimana-mana. Walau dari segi bobot sebenarnya lebih berat dibanding kayu balsa. Tapi pada saat uji coba ternyata hasilnya sesuai dengan apa yang direncanakan.
“Jembatan yang kami buat minimal tiga, karena harus dilakukan pengujian berkali-kali untuk mendapatkan hasil maksimal. Sementara satu jembatan lagi disiapkan untuk lomba,” ujar mahasiswa Program Sarmag Teknik Sipil Angkatan 2007.Karena pembuatan jembatan tidak cukup satu, menurut M. Nico, maka dibutuhkan kayu yang cukup banyak. Sebab tidak jarang, dalam proses pengujian terkadang jembatan patah, sehingga perlu didesain ulang atau bahkan dibuat jembatan baru lagi yang tentu saja membutuhkan kayu lagi. Karena itu persediaan kayu harus cukup untuk memperoleh hasil yang terbaik.
Semangat tinggi
Untuk membuat prototype jembatan kayu dengan ukuran panjang 90 cm, lebar 12 cm dan tinggi 12 cm dibutuhkan kecermatan dan ketelitian tersendiri. Apalagi untuk merangkainya tidak diperbolehkan menggunakan logam (paku atau baut), melainkan dengan menggunakan lem. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri. Apalagi sebelumnya mereka belum pernah memiliki pengalaman dalam mengerjakan hal tersebut.“Tapi kami harus tetap jalan. Apapun yang terjadi kami harus tetap bersemangat. Apalagi kami mendapat support sepenuhnya dari Bu Rely Andayani dan juga para dosen UG yang lain,” tambahnya.
Semangat tinggi dan keinginan yang kuat untuk berhasil itu, benar-benar mereka tunjukkan saat empat hari menjelang hari H pelaksanaan lomba. Selama empat hari tersebut mereka bertiga sering lembur dan pulang larut malam untuk menyelesaikan jembatan, sekaligus mengujinya. Lantaran semangat tinggi tersebut, sampai-sampai mereka terpaksa menunda tugas-tugas kuliahnya demi menyiapkan lomba tersebut. Hingga tiba waktu pelaksanaan lomba, mereka telah siap dengan satu buah jembatan yang akan diikutkan dalam lomba. Jembatan yang mereka buat berasal dari kayu meranti putih dengan berat 645,5 gram dan dimensi 90 x 12 x 12 cm sesuai ketentuan lomba. “Untuk pembelian kayu meranti saja, kami keluar dana sekitar Rp 200 ribu,” ujar M. Nico lagi.
Nomor urut tiga
Lomba “Spectacular Bridge” Civil Expo ITS Surabaya, berlangsung pada tanggal 21 Maret 2009 . Satu hari sebelum lomba, rombongan UG yang terdiri dari tiga tim berangkat ke Surabaya dengan didampingi seorang dosen, Remy Senjaya, SKom. Tiba di Surabaya pagi hari, mereka langsung menuju lokasi lomba, yakni di Royal Plaza Surabaya.Dalam proses undian nomor urut untuk kesempatan memberikan presentasi dan pengujian jembatan di hadapan dewan penguji, Tim UG 2 memperoleh nomor tiga. Selain Tim ITS selaku tuan rumah yang menjadi peserta, juga terdapat Tim dari UGM, Undip, Unibraw, Universitas Petra, Itenas dan beberapa universitas lain dari luar Jawa. “Saat kami tampil di urutan tiga, perolehan nilai kami langsung mengungguli dua peserta sebelumnya dengan bobot 645,5 gram, beban 140 kg dan rasio 0,00461,” tandas Nico.
Bahkan hingga urutan peserta yang ke 17, perolehan nilai Tim UG 2 tetap pada posisi teratas. Saat itu, Nico dan kawan-kawan merasa harap-harap cemas. Dalam hati mereka terus berdoa agar tidak ada peserta lain yang mengungguli perolehan nilainya. Sebab bila ada yang mengungguli berarti posisi Tim UG 2 terpaksa tergeser ke bawah dan bisa jadi tak peroleh juara.Kecemasan itu benar-benar terbukti, ketika tiba peserta di urutan 18 yang ditempati Tim UG 3. Namun karena tim ini merupakan teman sendiri, Nico mengaku agak tenang. Karena kalau pun berhasil mengungguli nilai mereka, mereka adalah teman sendiri. Dan ternyata terbukti, nilai yang diperoleh Tim UG 3 berhasil melampaui nilai yang mereka dapat dengan bobot jembatan 242,5 gram, beban 64 kg dan rasio 0,0379.Dengan demikian, posisi Tim UG 2 tergeser di urutan kedua, sedangkan Tim UG 3 berada di urutan teratas. Posisi ini terus bertahan hingga pada urutan peserta yang ke 20.
Setelah urutan 20 ini, ternyata masih menyisakan satu tim lagi yang sebelumnya diberi kesempatan untuk memperbaiki jembatan karena terjadi kesalahan teknis. Tim ini berasal dari Universitas Petra Surabaya.Ternyata saat Tim Universitas Petra tampil, perolehan nilainya berhasil mengungguli Tim UG 2 dengan bobot jembatan 553 gram, beban 124 kg dan rasio 0,00446. Rasio yang diperoleh Tim Petra lebih kecil dibanding Tim UG 2, sehingga Tim Petra menggeser kedudukan Tim UG 2. Dengan demikian Tim UG 2 cukup puas di urutan ketiga dengan hadiah uang tunai Rp 2,5 juta, ditambah piala dan piagam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar